Sunday, June 12, 2011

keluarga pensildankertas :P

kreatif itu apa ya? kreatif itu masuk ke bahasa indonesia melalui bahasa belanda, creatief, yang diadaptasi dari bahasa prancis "créatif", yang diturunkan langsung dari bahasa latin, di mana sufiks -ivus membentuk adjektiva dari nomina creatum, bentuk perfect pasif participle dari verba "creo" artinya "saya menciptakan"................

oops, i'm out of control. maaf untuk linguistik colongannya. :D

well, buat gw kreatif itu pada dasarnya berarti punya kemampuan untuk menciptakan sesuatu. terkadang orang-orang menghubungkan kata 'kreatif' dengan sense 'menciptakan sesuatu yang baru', atau sesuatu yang 'tricky', atau semacamnya. sering juga dihubung-hubungin sama seni dan sastra. atau bahkan cuma sekedar singkatan dari 'kere tapi aktif'. :D do i buy that? a kind of.

lagi kelas sma dulu ada semacam 'award' gitu di tiap-tiap kelas, di tiap anak memilih teman sekelasnya yang memiliki kriteria jujur, bertanggung jawab, pintar, kreatif, setia kawan... or something like that. jujur poinnya 5, bertanggung jawab 4, pintar 3, kreatif 2, dan setia kawan 1. dan gw dapet peringkat 9 di kelas karena banyak yang milih gw di kriteria 'kreatif'. hell yeah narsis. :D

yang pernah sekelas sama gw mungkin pernah merhatiin di kelas gw sering mengeluarkan selembar-dualembar kertas dan pensil.. dan itu bukannya gw lagi nyatat materi kuliah. tapi nge-gambar. (dan itu menjelaskan mengapa ip gw bobrok hahahaha :D)

gw suka banget ngegambar. mulai dari pas gw umur dua tahun (kata si nyak), bikin-bikin 'hieroglyph' di tembok dan lantai rumah, sampe segede gaban gini. menggambar membantu gw keluar dari kepala gw dan mulai memasuki badan. mencoret-coret kertas dengan pensil itu bikin gw mikir.. "well, i have that bit of creativity in me." :D

selama ini, gambar gw mostly menggunakan pensil 2b 0.5 dan kertas ukuran a5.. yang sering gw gambar adalah orang.. karena menurut gw orang itu menarik.. jarang ada orang yang mukanya sama, dan gesture-nya sangat beragam (walaupun yang gw mampu gambar masih sangat terbatas hahahaha :D).. 
gw pengen bisa bikin sketsa muka orang, macam poster wanted gitu.. huehehehe. short-term goal, gw mau bisa bikin self-portrait. tapi susah, terakhir kali bikin self-portrait, jadinya gak realistis dan terlalu ganteng *apa iniiii*



okay that was quite dumb, i reconsider. =_=;

selain orang.. well, gw kepengeennn banget bisa bikin karya surealis, tapi otak gw belom nyampe-nyampe =_=;

dan selain di kertas, gw sangat pengen mahir ngelukis di kanvas dg cat minyak.. ini bikinan gw yang gw anggap paling minimal cacatnya. :D





bikinnya beberapa tahun lalu, belom terlalu banyak belajar.. hehehehe.

***

dan, apakah hobi nyorat-nyoret itu datang begitu saja? not really. i can tell, the "creativity" runs in the family. i was born out of, although not so famous or rich, a heckuva creative family.

mulai dari babe gw. dulu, si babe kerjanya arksitek.. dia pernah tergabung di tim arksitek yang ngebangun rumah sakit fatmawati di jakarta selatan.


gambar dari sini

dia paham banget (duh) teori-teori arksitektur, baik dari segi mekanika dan estetika-nya (dan bahkan feng shui-nya), dan tau bagaimana dengan tepat menerapkannya. dia dulu punya segepok kertas yang tergambarkan plan-plan dan blueprint rumah-rumah, yang demen banget gw acak-acak  :D

salah satu karyanya *cailah, karya* adalah beberapa kamar di rumah gw. katanya, kalo pintu seberang-seberangan langsung sama jendela, itu bisa mengubah sirkulasi udara di ruangan itu sedemikian rupa dan akibatnya, ruangan itu jadi adem. and thus it eliminates our need of aircon. atau seenggaknya dia meyakinkan kita demikian =_=; dia udah pensiun dari dunia persilatan *eh* per-arksitektur-an sejak gw sd, tapi belakangan ini dia ikut berpartisipasi dalam renovasi masjid rumah gw..

si nyak juga hobi corat-coret kertas.. kalo babe arksitektur, yang nyak gw lakukan adalah fashion designing. well, mungkin bukan nge-design sesuatu yang bisa ditemukan di vogue atau elle, but i say it counts. nyokap udah tertarik sama dunia fashion sejak masih muda.. dia sering ngumpulin potongan-potongan dari rubrik mode dari majalah-majalah buat inspirasinya, dan klipingnya itu banyak banget dan dibawa sampe dia kawin ama si babe dan sempat membuat babe geleng-geleng kepala..

kebanyakan baju yang dia pake buat kerja bukan dia beli, tapi dia design sendiri. dia gambar konsepnya, dia beli bahan sendiri, dan ngasih ke tukang jahit langganannya (karena kita ga punya mesin jahit dan pastinya dia sibuk kerja dong). and it's not bad at all. pernah lagi, pas ade gw mau mendatangi pesta dansa *cailah* dalam rangka ulang taun temennya, si nyak yang nge-design gaun buat ade gw, dan ga perlu beli. and my sister wore it with all pride. kinda vintage, she said.


 *design by si nyak. foto curian dari dokumentasi pribadi sang ade. nyahahaha :D

ga cuma itu, tiap lebaran dia juga nge-design 'seragam' buat dipake berempat.. kinda sweet but okay =_=; dan ini jelas-jelas penghematan dong. yang bikin baju mahal kan label-nya..

mungkin emang hobi ngegambar itu genetis, karena ade gw juga mewarisinya. gw dan ade gw sudah menjadi 'frenemy' dalam hal menggambar sejak dia berusia empat tahun dan ga pernah kompak sampe sekarang siapa yang gambarnya lebih jago. nyahahahah :D she's into pop art and d.i.y culture. and she does much of something like this:



dia belakangan ini membantu sebagai seksi dekorasi di acara pentas seni yang diadain osis sekolahnya dia..

and me? well.. mungkin gw belum punya sebanyak pengalaman seperti babe dan nyak, karena orangtua gw tidak mengarahkan seni sebagai 'tujuan' utama gw, walaupun mereka tau gw punya 'bakat mentah' di bidang ini dan mereka mendukung hobi gw yang satu ini..

***

so yeah, those are some of the people whom i regard 'creative', that happens to be literally around me. mereka memenuhi definisi kreatif yang gw berikan di atas: membuat sesuatu yang 'tricky'; babe gw mengakali supaya rumah adem tanpa a.c. dengan pengetahuan arksitekturnya, terkait dengan seni; ade gw dengan semangat d.i.y-nya, dan bahkan sesuai dengan kepanjangan kreatif yaitu 'kere tapi aktif'; baju yang sesuai selera tanpa harus keluar duit lebih, yang dilakukan oleh nyak gw.. nyahahaha :D

mungkin mereka bukan dewa-dewi musa gw, tapi hobi gw menggambar dan mencorat-coret kertas itu ketularan dari mereka. i'm part of the family and all their madness. jadi, salam hangat dari keluarga pensildankertas. :D

Thursday, April 7, 2011

(non) omnes viae romam ducunt.

originally posted on http://autregenre.multiply.com/ 7th april 2011

***

(warning: omongan berat)

kalimat itu adalah versi latin pribahasa yang udah cukup terkenal di kalangan kita, "banyak jalan menuju roma". sebenernya, kalimat "omnes viae romam ducunt" itu arti harafiahnya "semua jalan mengantar ke roma".

di judul entry, sebelum kata "omnes" yang berarti "semua" (asal kata: "omnis", adj, nom. m.f. sg.; "omnes", adj, nom. m.f. pl.) *---> linguistik colongan :P*, gw menyisipkan kata "non" yang berarti tidak. maknanya berubah jadi "(tidak) semua jalan mengantar ke roma". "(tidak) banyak jalan menuju roma".

mengapa gw sisipkan kata tidak? karena sekarang gw sedang meragukan relevansi (dan, kalau perlu, validitas) dari peribahasa ini.

sebelumnya gw merasa bangga gw memiliki mindset yang berbeda dari konvensi.. karena terkadang itu membuat gw merasa gw punya identitas. gw unik. misalnya, saat orang-orang lain berpikir "cablak" dan "cabul" memiliki konotasi "negatif", gw berpikir kalo dua kata itu cuma kata lain (yang dekonstruktif) dari "jujur" dan "berjiwa bebas".

cuman belakangan ini, kok gw jadi sedih kenapa gw punya mindset yang berbeda.

kenapa gw harus sedih? karena gw takut. apa yang gw takutkan? gw takut "perbedaan" gw dipandang sebelah mata. (ini berarti, gw rada peduli apa yang orang lain pikirkan tentang gw)

di lingkungan di mana gw hidup sekarang, perbedaan menimbulkan masalah. sebenarnya natural. cuman ketika dibesar-besarkan, itu masalah sebenernya. apalagi kalo sampe pihak yang "commun" "berusaha" "menanamkan" karakteristiknya ke yang "different". di situlah gw mikir, lho, bukannya ada peribahasa "banyak jalan menuju roma" ya?

well, secara idiomatis, peribahasa tersebut berarti "ada banyak jalan untuk mencapai satu tujuan". karena manusia hidup dalam "komun"itas-"komun"itas yang disebut kemasyarakatan, bisa diartikan manusia punya tujuan yang "sama". (komunitas sendiri kan dari commun- + -itas; akar katanya "communis", bahasa latin, yang berarti "sama") toh melihat data ini, bukannya peribahasa itu bisa valid? dan orang-orang harusnya memaklumi perbedaan karena toh tujuan kita sama?

jadi mengapa orang-orang perlu berheboh-heboh ria mem"propaganda"kan sebuah sistem nilai? kenapa orang harus mempromosikan apa yang dia yakini dan berkata "yang 'benar' ini, lho, selain ini 'salah'." toh, at least i perceive it that way, itu cuma jalan yang berbeda, kan. kenapa dipersoalkan kalo ada peribahasa "omnes viae romam ducunt?"

sampai suatu titik gw membaca sekilas beberapa halaman sebuah buku, yang sepertinya berkata bahwa (moga-moga gw salah paham, amin), "manusia dewasa percaya pada keyakinan dan tradisi komunitasnya."

right. that explains just anything. dalam "komun"itas, ternyata diinginkan bahwa semuanya "komun". semuanya "sama". "sepaham". ternyata diinginkan bahwa "yang 'benar' ini, lho, selain ini 'salah'." tertanam di setiap komponen komunitas.

okay then. mungkin seharusnya gw ga pusing. gw tinggal ikutin apa yang komunitas pingin, percaya apa yang komunitas percayai, dan berpola pikir seperti seluruh komponen komunitas. gampang kan.

yang jadi pertanyaan gw,

kenapa gw merasa kok rendahan banget gw harus begitu? kenapa gw merasa manusia itu punya kreativitas dan daya pikir yang bebas berkembang? kenapa gw merasa "ada banyak jalan menuju roma", toh masyarakat berpikir "yang 'benar' cuma ini"? kenapa harus ada peribahasa "banyak jalan menuju roma"?

toh ga banyak jalan menuju roma kan?



and, my questions need answers..


*n.b.: entry ini adalah hasil bengong di sore hari, sendirian. pesan layanan masyarakat: jangan suka bengong sore-sore. :D :D :D*






Thursday, March 31, 2011

karena sampe sekarangpun, kata "rumah sehat" tetep kedengeran konyol.

gw rada heran kalo ada orang yang hari gini masih ngebahas kenapa tempat untuk merawat orang sakit sampe sehat disebut "rumah sakit" di bahasa indonesia. apalagi sampe bawa-bawa kalimat yang bunyinya (approximately, though) kayak gini: "pantesan aja nih negara ga bener-bener. noh, orang sakit dibawanya ke 'rumah sakit'. ya malah tambah sakit! masuknya ke "rumah sehat" aja!"

gw: *dalem hati* haahhh??

mari kita mulai dengan etimologi. *hobi*

kata "rumah sakit" di bahasa indonesia sepola dengan kata-kata yang berarti "tempat merawat orang sakit" pada bahasa-bahasa germanik. *mulai meracau* kan kita pernah dijajah belanda kan ya. mungkin dari situ dapetnya. bahasa belandanya "rumah sakit" itu adalah "ziekenhuis", yang berasal dari "zieke" yg berarti "orang-orang sakit" dan "huis" yg berarti "rumah".

di bahasa-bahasa nordik, dan polanya sama kayak bahasa belanda:
- islandia: "sjúkrahús" = [(sjúkur = sakit) + (hús = rumah) --> "rumah sakit"]
- swedia:"sjukhus"
- norwegia: "sykehus"
- denmark: "sygehus"

sekarang, kembali ke pernyataan si orang yang tak dikenal tadi. kenapa malah pake bawa-bawa negara coba.. toh belanda, dan negara-negara nordik yang gw sebutkan juga berkata "rumah sakit".. dan, melihat laporan human development index tahun 2010, gw berani bilang negara-negara itu tetep bener-bener aja walaupun bilangnya "rumah sakit"..

plus, secara empiris, walaupun ada kemungkinan laen, umumnya orang yang baru mendapatkan perawatan di rumah sakit bakal merasa baekan.. or at least, (seharusnya) keadaan yang lebih buruk bisa tercegah.

so, sekarang, yang jadi pertanyaan gw, kenapa kata "rumah sakit", yang sudah kita gunakan berabad-abad, tiba-tiba di "challenge"? mengapa berteori kalau orang sakit ditaro di rumah sakit malah tambah sakit? apa ini berhubungan dengan "selalu berpikir positif" thing? please.

kalo gitu, sebagai orang yang "tidak berpikir positif", gw juga punya teori. orang tadi yang pasti "berpikir positif" menganggap kata "sakit" itu "negatif", dan mencoba menggantikan yang negatif dengan yang positif, "sehat".

buat gw, kalau memang "sakit" itu "negatif", dan "rumah sakit" itu berarti juga "negatif", wajar aja orang sakit masuk ke rumah sakit. karena mereka tau, di matematika, "negatif" dikali "negatif" hasilnya "positif". orang sakit masuk ke rumah sakit jadi sehat. empirically true. i can't find those things making no sense though.

***

what i am trying to say is, jangan cepet-cepet men-judge suatu kata menjadi hal yang negatif cuma karena kata itu mengandung "feel" yang negatif. selama gw belajar bahasa, kata-kata gak dibagi berdasarkan "negatif" atau "positif", tapi mungkin "maskulin", "feminin", atau "netral" (itu namanya grammatical gender, dan hentikan sebelum gw meracau tentang ini).

buat gw, naturally, "feel" itu berasal dari dalam diri kita, dan bukan ada dalam kata-kata. put those feelings right, untuk menghindari berkata sesuatu yang mungkin jatoh sebagai ga bijak buat orang laen. dan ga usah repot-repot mengganti yg sudah ada dengan yang baru kalo yang baru itu rada absurd, in a "negative" way. i mean, really, "rumah sehat"? sama anehnya kalo ngedenger kata "warung remang-remang" dirubah jadi "warung gemerlap". *salah analogi ah* *kabur*:D :D :D

Wednesday, March 30, 2011

kenapa "best before" bukannya "worst after"?

originally posted on http://autregenre.multiply.com/ on 10th november 2010

***

sering liat kan di kemasan makanan gitu? misalnya di bungkus roti atau biskuit atau minuman kaleng atau sayuran dan buah-buahan kaleng atau lain-lainnya?

so gini cerita (singkat)nya. gw beli roti, karena gw demen bikin roti bakar pake mustard, saus tomat, plus keju.. yummy banget dah. cuman, berhubung dapur di kosan gw di atas, (jalannya dari kamar gw udah berasa jalan kaki dari jakarta ke mekkah.. *lebay*), gw jadi males masaknya.

itu roti gw taro kulkas.. dan kira-kira 9 hari kemudian, gw dilanda laper jam setengah tiga pagi.. dan gw gak mau ngewarkop karena takut darting gw kumat. akhirnya gw hiking ke lantai atas dan mengambil roti itu dan asal oles saos tomat dan sisipin keju *tanpa di grill.. hiks*

dan di tengah-tengah makan, gw inget itu belinya udah lama.. gw liat-liat, emang ga ada jamurnya.. gw cek bungkusnya.. memang udah "agak" lewat dari tanggal "best before"-alias-"baik dikonsumsi sebelum"-nyah.

gw meneruskan makan, karena gw pikir, itu kan "best before" tanggal sekian. soalnya, dengan "best before", sense yang gw tangkep adalah:


setelah tanggal sekian itu, si produk memang sudah nggak "best" tapi masih "good". karena naturally dari "best" ke "worst" itu perlu tahapan. walaupun si perusahaan produsen bermaksud untuk berkata, setelah tanggal sekian itu, si produk sudah tidak lagi edible atau consumable.


menurut gw, kata yang pas, jika dalam hal ini tanggal tersebut menggambarkan tanggal kedaluarsa, itu adalah "worst after" alias "TIDAK baik lagi dikonsumsi setelah". mengapa? karena gw pikir, produk itu, dalam kasus gw roti, the best-nya adalah saat dia baru bener-bener keluar dari oven dan secara bertahap kualitasnya berkurang dan hingga pada tanggal tertentu mencapai puncak kerusakannya dan SETELAH tanggal tersebut, makanan tersebut mencapai kondisi gak bisa dimakan, which is, the worst!


dan mengapa mereka menggunakan "best before"? itulah yg menjadi pertanyaan gw. apakah karena pencitraan? kesannya kalo best itu punya aura positif dan worst itu punya aura negatif gitu?

gw rasa, dengan analisis (ngaco) yang gw bangun itu, pencitraan itu justru rada memutarbalikkan fakta.. ya ga sih? siapa tau aja yang punya interpretasi kayak gini di dunia ini gak cuma gw (at least, nyokap gw berpikir demikian).. bukan gak mungkin kan?

dan bukan gak mungkin kan, dari misinterpretasi "kecil" kayak gini terjadi masalah yg sifatnya kumulatif?


untungnya, gw masih gapapa sampe saat ini, mungkin karena memang tanggal yang tercantum setelah "best before" itu ternyata tidak menggambarkan "tanggal kadaluarsa" dan interpretasi gw nggak salah.

(atau cuma sekedar gara2 gw masukin kulkas yang berakibat men-deny berlakunya statement tanggal "best before itu")

 dan rencananya tuh roti mau gw abisin malem ini, supaya makin lama. hehehehe.. moga2 aja besok paginya gw masih idup.. belom kawin bok.. masi perjaka nih.. ahahahahha

tiap orang memang beruntung (secara linguistik... :P)




originally posted on http://autregenre.multiply.com/ on 28th december 2010

***

(gambar dari sini)
karena gw lagi libur jadinya gw punya banyak waktu untuk meladeni hobi gw yang gak jelas ini (dan terkadang gw sadar ini gila).. dan belakangan ini gw sempat melirik bahasa denmark..

gw mengamati sebuah percakapan dasar di sebuah situs pelajaran bahasa denmark, dan menurut gw, bahasa denmark, secara gramatis lebih mudah daripada sepupunya yang gw kenal, bahasa islandia.

tapi.... eits, ade tapinye nih.

memang, di situs tersebut, disebutkan bahwa grammar bahasa denmark kurang lebih menyerupai grammar bahasa inggris, dan terkadang lebih mudah.. namun... pronounciation-nya sukses membuat gw gila.

karena, seperti inggris, pengucapannya tidak sama dengan tulisannya. plus aturan-aturan sarap lainnya seperti tiga jenis "d" dalam bahasa denmark (d keras, d 'silent', dan d halus--fak!) dan lainnya, tidak seperti bahasa islandia, yang cara membacanya kurang lebih sama dengan tulisannya..


dan gw berpikir,
"well, kayak gw mau belajar bahasa inggris aja kalo gitu... but..."
"where did i get my english pronunciations from, anyway?"
"i guess i got it *almost* naturally, for i 'studied' english since i was in kindergarten"...


dan akhirnya gw berpikir lebih jauh.. (yeah gw memang kebanyakan mikir... *cari tongkat lagi*)

ternyata para native speaker tiap-tiap bahasa adalah orang yang sangat beruntung.

ketika orang-orang bersusah payah mempelajari bahasa mereka, berupaya agar setiap katanya benar dan sesuai kaidah, mereka melakukannya dengan sangat mudah, hanya dengan alasan: mereka terlahir dengan bahasa tersebut..

yah seperti gw yang belajar bahasa islandia.. di mana gw harus mendeklinasi--artinya, setiap nomina (kata benda) berubah sesuai posisinya dalam suatu kalimat--dan gw harus (katakan saja) menghapal pola deklinasi yang tak disangka-sangka ada 73 pola banyaknya...

sementara orang islandia asli bisa langsung tahu..... begitu saja. yak karena mereka orang islandia.
doesn't that hurt?! :D

***

apalagi kalo udah ngomongin bahasa vulgar. makin setres. soalnya setau gw bahasa vulgar itu adalah bahasa yang kotor, 'pasaran', dan rada-rada thoughtless karena langsung lepas begitu aja.. well, at least, di bahasa kita, dan bahasa inggris juga, kata-kata itu memang keluar gitu aja..

tapi kalo bahasa dengan konjugasi dan deklinasi???? bisakah untuk gw, ketika gw ingin menggunakannya, gw bisa tetap thoughtless?

masa iya gw mau ngatain orang yang sukses bikin gw marah tanpa mikir dulu konjugasi imperatif dan deklinasi akusatifnya dulu...?

but again, para native speaker itu langsung tahu bagaimana mengatakannya langsung, dengan 'lega'.

***

begitu juga halnya dengan bahasa daerah kita.. masalah utamanya mungkin perbendaharaan kata yang cukup ekstensif.

misalnya, gw pernah ngobrolin tentang 'jatoh' dalam bahasa sunda dengan temen serumah sakit jiwa gw ijal, dan dia bilang ke gw kalo di bahasa sunda itu, kata 'jatoh' diterjemahkan ke banyak kata, tergantung bagaimana dia jatohnnya.. =_=a

misalnya, tisoledat kalo jatohnya kepeleset, tisareuleu (or whatever) kalo jatohnya kepeleset tapi jauh, tijurahroh kalo jatohnya gimana tau dah, dan tikosewad lebih ga tau lagi.. :D... dan masih banyak lagi sepertinya :D

atau gw pernah nanya temen-temen gw yang (ternyata mayoritas) berbicara bahasa jawa sebagai first language.. mereka ngasih tau gw kalo ada empat kata berebeda untuk mengatakan, contohnya "makan", di mana empat kata itu menggambarkan tingkat kesopanan yang berbeda-beda (sorry gw lupa apa ajah.. eehhehehe)

katakan gw memiliki 100,000 kata dalam perbendaharaan kata bahasa kreol melayu betawi gw, dan ketika harus belajar bahasa jawa, mungkinkah gw harus menghapal 400,000 kata dalam bahasa jawa? gw pikir mungkin.. dan gw pikir itu cukup untuk membuat kepala gw berasap.

***

so yeah, again, those native speakers of any language are very lucky. selamat buat orang yang memiliki bahasa, sebuah anugrah yang luar biasa.

dan gw, sebagai orang indonesia, sebagai penutur asli bahasa indonesia (gw ga tau bahasa indonesianya native-speaker apaan.. itu bukan sih? *digebugin orang pusat bahasa), gw merasa sangat beruntung juga..

karena...

- bahasa indonesia itu adalah bahasa yang menyatukan 200 juta orang lebih dengan sekitar 700 bahasa daerah (source: di sini), (tapi kayaknya belajar bahasa daerah perlu juga ya.. biar hormat)

- tata bahasa indonesia tuh jauh dari tata bahasa indo-eropa, keluarga bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, dan mereka pasti bingung kalo harus dihadapkan dengan cara kita membentuk kalimat, tapi kita mengerti tanpa susah payah.

- seekstensif apapun kosakatanya, bahasa indo itu biasanya visual (dan onomatopoeic) , dan sangat mungkin bertambah kosakata-kosakata baru tapi orang-orang bisa dengan gampang ngerti (misalnya digeprak - dimemarkan, dibejeg - ditumbuk, ngejeblak - terbuka lebar, empot-empotan - terseok-seok, gebras-gebres - bersin-bersin, dst lah).. sedangkan orang bule mesti pake keder dulu. ----> ini paling wah! :D

- bahasa indo itu bebas konjugasi dan deklinasi... pastinya. (fakta paling melegakan)

- bahasa sehari-harinya terus update dan gw bisa langsung tau arti, or at least, maksudnya.


***

well, peace everyone! :)

Tuesday, March 29, 2011

first post: so who's this "fjalar" guy??

this is it, my first post.

out there everyone starts with introduction, and i guess, so do i.

my real name (can be seen over there in that "about me" box) isn't really "fjalar". "fjalar" is an icelandic name, which i found sounding very ticklishly good in my ears so i decided to use it as my nicks almost everywhere. 

so why icelandic?

actually i am an indonesian, live in jakarta and commute a horribly long way from home to campus to and fro. back when i was in my second year of high-school i heard the ever-famous icelandic electronica singer björk for the very first time and i instantly fell in love with her and her music. i also saw the video clip for her song "jóga" which i assume was about her icelandic heritage, and the graphics shown in the video depicts icelandic natural beauty.
then i started to search things about iceland and also "took a peek" to the icelandic language which i found ridiculously beautiful, then i made going to iceland is one of my lifetime goal and start adopting "fjalar" as my nickname.

so what does this "fjalar" do? 

actually i have started a blog somewhere not here. there i was just another diarist mumbling over the worldwide web. i study foreign languages, and there i am, reading about conjugation and declension and suddenly get an insight and be able to relate what i learn with the events of my real life... how is that even possible? i can't really tell, but that's what i have been posting down there at my another blog. plus weird observations about culture and bragging of my vegetarianism, and (seriously) amateur(-ish) review on music. and maybe i'll do that here, too. :D 

and what language does this "fjalar" speaks? 

i am an indonesian, thus my native language is indonesian language. but i have been exposed to anglophone media since i was like four. so i speak english a lot. i feel very comfortable writing blog entries in (spoken style) english. but i'll post mostly in my native indonesian, for, heaven knows, if my prof happens to drop by and read things, he will think i do not appreciate my native language and heritage. hello there, sir. :P the bad thing is, i'll mix up many, many, many foreign words in my indonesian writing. i fail a lot of time in my indonesian language class.

i just wish i won't abandon this blog much.