Wednesday, March 30, 2011

tiap orang memang beruntung (secara linguistik... :P)




originally posted on http://autregenre.multiply.com/ on 28th december 2010

***

(gambar dari sini)
karena gw lagi libur jadinya gw punya banyak waktu untuk meladeni hobi gw yang gak jelas ini (dan terkadang gw sadar ini gila).. dan belakangan ini gw sempat melirik bahasa denmark..

gw mengamati sebuah percakapan dasar di sebuah situs pelajaran bahasa denmark, dan menurut gw, bahasa denmark, secara gramatis lebih mudah daripada sepupunya yang gw kenal, bahasa islandia.

tapi.... eits, ade tapinye nih.

memang, di situs tersebut, disebutkan bahwa grammar bahasa denmark kurang lebih menyerupai grammar bahasa inggris, dan terkadang lebih mudah.. namun... pronounciation-nya sukses membuat gw gila.

karena, seperti inggris, pengucapannya tidak sama dengan tulisannya. plus aturan-aturan sarap lainnya seperti tiga jenis "d" dalam bahasa denmark (d keras, d 'silent', dan d halus--fak!) dan lainnya, tidak seperti bahasa islandia, yang cara membacanya kurang lebih sama dengan tulisannya..


dan gw berpikir,
"well, kayak gw mau belajar bahasa inggris aja kalo gitu... but..."
"where did i get my english pronunciations from, anyway?"
"i guess i got it *almost* naturally, for i 'studied' english since i was in kindergarten"...


dan akhirnya gw berpikir lebih jauh.. (yeah gw memang kebanyakan mikir... *cari tongkat lagi*)

ternyata para native speaker tiap-tiap bahasa adalah orang yang sangat beruntung.

ketika orang-orang bersusah payah mempelajari bahasa mereka, berupaya agar setiap katanya benar dan sesuai kaidah, mereka melakukannya dengan sangat mudah, hanya dengan alasan: mereka terlahir dengan bahasa tersebut..

yah seperti gw yang belajar bahasa islandia.. di mana gw harus mendeklinasi--artinya, setiap nomina (kata benda) berubah sesuai posisinya dalam suatu kalimat--dan gw harus (katakan saja) menghapal pola deklinasi yang tak disangka-sangka ada 73 pola banyaknya...

sementara orang islandia asli bisa langsung tahu..... begitu saja. yak karena mereka orang islandia.
doesn't that hurt?! :D

***

apalagi kalo udah ngomongin bahasa vulgar. makin setres. soalnya setau gw bahasa vulgar itu adalah bahasa yang kotor, 'pasaran', dan rada-rada thoughtless karena langsung lepas begitu aja.. well, at least, di bahasa kita, dan bahasa inggris juga, kata-kata itu memang keluar gitu aja..

tapi kalo bahasa dengan konjugasi dan deklinasi???? bisakah untuk gw, ketika gw ingin menggunakannya, gw bisa tetap thoughtless?

masa iya gw mau ngatain orang yang sukses bikin gw marah tanpa mikir dulu konjugasi imperatif dan deklinasi akusatifnya dulu...?

but again, para native speaker itu langsung tahu bagaimana mengatakannya langsung, dengan 'lega'.

***

begitu juga halnya dengan bahasa daerah kita.. masalah utamanya mungkin perbendaharaan kata yang cukup ekstensif.

misalnya, gw pernah ngobrolin tentang 'jatoh' dalam bahasa sunda dengan temen serumah sakit jiwa gw ijal, dan dia bilang ke gw kalo di bahasa sunda itu, kata 'jatoh' diterjemahkan ke banyak kata, tergantung bagaimana dia jatohnnya.. =_=a

misalnya, tisoledat kalo jatohnya kepeleset, tisareuleu (or whatever) kalo jatohnya kepeleset tapi jauh, tijurahroh kalo jatohnya gimana tau dah, dan tikosewad lebih ga tau lagi.. :D... dan masih banyak lagi sepertinya :D

atau gw pernah nanya temen-temen gw yang (ternyata mayoritas) berbicara bahasa jawa sebagai first language.. mereka ngasih tau gw kalo ada empat kata berebeda untuk mengatakan, contohnya "makan", di mana empat kata itu menggambarkan tingkat kesopanan yang berbeda-beda (sorry gw lupa apa ajah.. eehhehehe)

katakan gw memiliki 100,000 kata dalam perbendaharaan kata bahasa kreol melayu betawi gw, dan ketika harus belajar bahasa jawa, mungkinkah gw harus menghapal 400,000 kata dalam bahasa jawa? gw pikir mungkin.. dan gw pikir itu cukup untuk membuat kepala gw berasap.

***

so yeah, again, those native speakers of any language are very lucky. selamat buat orang yang memiliki bahasa, sebuah anugrah yang luar biasa.

dan gw, sebagai orang indonesia, sebagai penutur asli bahasa indonesia (gw ga tau bahasa indonesianya native-speaker apaan.. itu bukan sih? *digebugin orang pusat bahasa), gw merasa sangat beruntung juga..

karena...

- bahasa indonesia itu adalah bahasa yang menyatukan 200 juta orang lebih dengan sekitar 700 bahasa daerah (source: di sini), (tapi kayaknya belajar bahasa daerah perlu juga ya.. biar hormat)

- tata bahasa indonesia tuh jauh dari tata bahasa indo-eropa, keluarga bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, dan mereka pasti bingung kalo harus dihadapkan dengan cara kita membentuk kalimat, tapi kita mengerti tanpa susah payah.

- seekstensif apapun kosakatanya, bahasa indo itu biasanya visual (dan onomatopoeic) , dan sangat mungkin bertambah kosakata-kosakata baru tapi orang-orang bisa dengan gampang ngerti (misalnya digeprak - dimemarkan, dibejeg - ditumbuk, ngejeblak - terbuka lebar, empot-empotan - terseok-seok, gebras-gebres - bersin-bersin, dst lah).. sedangkan orang bule mesti pake keder dulu. ----> ini paling wah! :D

- bahasa indo itu bebas konjugasi dan deklinasi... pastinya. (fakta paling melegakan)

- bahasa sehari-harinya terus update dan gw bisa langsung tau arti, or at least, maksudnya.


***

well, peace everyone! :)

3 comments:

  1. wakakaka! di bahasa Jawa Timuran nama 'jatuh' juga beda2, Do: nyosop (itu jatuh tengkurep), ndlosor (sama, tapi jatuhnya gak separah 'nyosop'), nggeblak (jatuh ke belakang), ceblok ('jatuh' tapi buat barang), tiba [baca: tibo] untuk menyebut kata jatuh secara umum (hehehehehe).

    ReplyDelete
  2. Tidak banyak blogger yang sanggup membuat saya berdecak kagum. Anda jelas satu di antaranya. Salam kenal :D

    ReplyDelete